Polisi Datangi Rumah Slamet

NGANJUK – Metrosoerya.net,  Penangkapan Slamet Nur Arifin, 41, terduga teroris asal Desa Pisang, Kecamatan Patianrowo di Bogor Sabtu (18/8) lalu direspons cepat oleh polisi dan TNI. Kemarin, mereka bersama-sama melakukan deradikalisasi keluarga Slamet. Caranya, dengan melakukan pembinaan yang melibatkan beberapa pihak lainnya.

Kapolres Nganjuk AKBP Dewa Nyoman Nanta Wiranta mengatakan, upaya pembinaan untuk deradikalisasi keluarga Slamet juga melibatkan Pemkab Nganjuk, RT dan RW. “Ini (pembinaan, Red) agar keluarga Slamet tidak terpapar paham radikal,” kata Dewa.

Hal tersebut menurut Dewa sangat penting. Terutama, untuk melindungi keluarga Slamet dari paham radikal. “Tadi (kemarin, Red) sudah dilakukan pembinaan,” lanjut Dewa.

Pantauan koran ini, satpol PP bersama perangkat desa mendatangi rumah Slamet sekitar pukul 11.00. Tim memberi arahan khusus setelah rumah yang berada di penampungan eks korban konflik sosial itu digeledah tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Minggu (19/8) malam lalu itu.

Sayang, saat ditemui koran ini, pihak keluarga Slamet terkesan tertutup. Mereka belum mau memberi penjelasan terkait penangkapan kepala keluarga mereka itu. Pun terkait penggeledahan tim BNPT pada Minggu malam lalu.

Seperti diberitakan, Slamet Nur Arifin dibekuk oleh BNPT Bogor pada Sabtu (18/8) lalu. Tak hanya sendiri, Ka, 18, anak Slamet juga ikut diamankan. Pascapenangkapan Slamet, tim BNPT langsung bergerak cepat untuk mengamankan barang bukti.

Mereka menggeledah rumah Slamet. Dalam penggeledahan selama dua jam itu, tim BNPT beranggotakan empat orang berhasil mengamankan beberapa bukti terkait terorisme.

Mulai, dua buku jihad, beberapa botol air mineral berisi baut, botol air mineral berisi resistor. Ada pula dua plastik tawas dan stiker bertuliskan Singa Tauhid.

Sementara itu, jika Slamet dibawa ke Jakarta, Ka, dibebaskan dan dipulangkan Senin (20/8) malam lalu. Pemuda yang sedianya kembali ke pondok pesantrennya di Jakarta itu dianggap tidak terlibat jaringan teroris seperti halnya sang ayah. “Anaknya memang ikut bapaknya yang bekerja sebagai sopir truk,” kata sumber koran ini.

                Terpisah, Kades Pisang Nur Inang Ismaikah yang dikonfirmasi tentang deradikalisasi yang dilakukan tim gabungan dari  polisi, TNI dan Pemkab Nganjuk kemarin mengatakan, pembinaan terhadap warga eks korban konflik di Kalimantan itu sudah sering dilakukan. “Sudah sejak 2007 lalu,” kata Inang.

Sayangnya, Slamet yang bekerja sebagai sopir memang jarang berada di rumah. Karenanya, dia juga jarang mengikuti pembinaan yang jadi agenda rutin desa itu. “Kami sudah berupaya. Yang bersangkutan sudah diawasi sejak 2014 lalu,” lanjut Inang sembari menyebut yang terpenting bagi desa adalah keluarga Slamet tidak terpapar paham radikalisme.(*Ratna Lopez)

Loading

error: Content is protected !!