Satgas Yonif Para Raider 501 KOSTRAD Berikan Seberkas Cahaya di Kampung Kriko, Papua
(METROSOERYA.NET) – Gemericik air melewati sela-sela kincir yang baru saja difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kampung Kriko, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua.
Kampung yang sebelumnya gelap gulita itu, kini menikmati seberkas cahaya berkat Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini (Satgas Pamtas RI-PNG) Yonif Para Raider 501 Kostrad yang berinisiatif membangun PLTA untuk 24 kepala keluarga di kampung ini.
Kampung Kriko, merupakan salah satu kampung yang belum terjamah jaringan listrik. Jarak kampung ini dari Pos Satgas Pamtas RI-PNG di Pitewi sekitar tujuh kilometer yang dapat ditempuh lewat jalur darat. Kondisi jalan menuju kampung ini tak bisa dibilang bagus, hanya pengerasan, banyak berlobang dan tanpa aspal.
Akses jaringan telekomunikasi hanya bisa diakses di sekitar Pos Pitewi saja. Selama ini, Kebutuhan listrik di Kampung Kriko saat ini masih bergantung pada Solar Cell yang disubsidi oleh pemerintah dan itupun hanya untuk penerangan jalan saja.
Selama ini, untuk penerangan, sebagian masyarakat di kampung itu menggunakan diesel sebagai sumber cahaya atau menggunakan Solar Cell yang disubsidi oleh pemerintah dan itupun hanya untuk penerangan jalan saja.
Komandan Yonif Para Raider 501 Kostrad, Letkol Inf Eko Antoni Chandra Listiyanto bercerita ide awal pembuatan PLTA bermula dari hasil pengamatan Tim Satgas Pamtas RI-PNG Yonif Para Raider 501 Kostrad yang datang ke Papua. Kedatangan itu untuk memeriksa sejumlah kekurangan yang ada di pos-pos serta di sekitar kampung binaan.
“Dari hasil pengamatan kami, kampung ini punya potensi besar, tapi belum dikelola secara maksimal. Maka kami bersama tim kemudian berkoordinasi untuk menentukan langkah apa yang tepat dilakukan untuk membantu masyarakat disini,” kata Eko, Rabu, 5 September 2018.
Dikatakan Eko, inisiatif membuat PLTA ini muncul karena melihat potensi sungai yang ada di kampung itu. Menurut keterangan warga setempat, sungai itu diberi nama Sungai Bewan Mati, yang artinya takkan pernah kering meski musim kemarau tiba.
Sebelumnya, sungai itu hanya difungsikan untuk keperluan sehari-hari saja. Bahkan, dibeberapa bagian terlihat sungai tak terawat dan dipenuhi ilalang serta tanaman liar.
“Dengan adanya PLTA dengan memanfaatkan aliran sungai ini, masyarakat merasa terbantu karena tak ada lagi pengeluaran untuk membeli BBM jenis solar sebagai bahan bakar diesel,” ungkapnya.
Sejauh ini, tim Satgas Pamtas RI-PNG Yonif Para Raider 501 Kostrad sudah membuat kincir air menggunakan generator 1000 wat dengan dua aki. Tak sampai disana, Satgas juga membuat tiga generator tambahan untuk menambah penerangan, agar semua warga di desa tersebut bisa menikmati listrik. Danyonif menargetkan penambahan daya ini bisa rampung sebelum HUT TNI 5 Oktober mendatang.
Salah seorang warga desa, Sem Bewangkir mengaku sangat senang dengan dibangunnya PLTA ini. Sebelumnya, mereka hanya menggunakan pelita sebagai penerangan di dalam rumah.
“Namun saat ini, rumah saya sudah dialiri listrik hasil PLTA yang dibangun anggota TNI. Kami sangat terbantu. Sekarang anak-anak juga lebih mudah belajar karena sudah ada listrik di rumah kami. (Rtyn Prima/Yusuf Duta)